KALIUM PERMANGANAT
(PK)
Kalium permanganat (PK)
merupakan oksidator kuat yang sering digunakan untuk mengobati penyakit ikan
akibat ektoparasit dan infestasi bakteri, terutama pada ikan-ikan dalam kolam.
Meskipun demikian untuk pengobatan ikan-ikan akuarium tidak sepenuhnya
dianjurkan karena diketahui banyak spesies ikan hias yang sensitif terhadap
bahan kimia ini.
Bahan ini diketahui
efektif mencegah flukes, tricodina, ulcer, dan infeksi jamur. Meskipun
demikian, penggunaanya perlu dilakukan dengan hati-hati karena tingkat
keracunannya hanya sedikit lebih tinggi saja dari tingkat terapinya. Oleh
karena itu, harus dilakukan dengan dosis yang tepat. Tingkat keracunan PK
secara umum akan meningkat pada lingkungan akuarium yang alkalin.
Kalium permanganat
tersedia sebagai serbuk maupun larutan berwarna violet. Kalium permanganat
(KMnO4) merupakan alkali kaustik yang akan terdisosiasi dalam air membentuk ion
permanganat (MnO4-) dan juga mangan oksida (MnO2) bersamaan dengan terbentuknya
molekul oksigen elemental. Oleh karena itu, efek utama bahan ini adalah sebagai
oksidator.
Dilaporkan bahwa
permanganat merupakan bahan aktif beracun yang mampu membunuh berbagai parasit
dengan merusak dinding-dinding sel mereka melalui proses oksidasi. Beberapa
literatur menunjukkan bahwa mangan oksida membentuk kompleks protein pada
permukaan epithelium, sehingga menyebabkan warna coklat pada ikan dan sirip,
juga membentuk kompleks protein pada struktur pernapasan parasit ikan yang
akhirnya menyebabkan mereka mati.
Berbagai review dalam
berbagai literatur menunjukkan bahwa kalium permangat dapat membunuh
Saprolegnia, Costia, Chilodinella, Ich, Trichodina, Gyrodactylus dan
Dactylogyrus, Argulus, Piscicola, Lernea, Columnaris dan bakteri lainnya
seperti Edwardsiella, Aeromonas, Pseudomonas, plus Algae dan Ambiphrya.
Mekipun demikian
Argulus, Lernea and Piscicola diketahui hanya akan respon apabila PK digunakan
dalam perendaman (dengan dosis: 10-25 ppm selama 90 menit). Begitu pula dengan
Costia dan Chilodinella, dilaporkan resiten terhadap PK, kecuali apabila PK
digunakan sebagai terapi perendaman.
Kalium permangat
sebagai terapi perendaman bersifat sangat kaustik, hal ini dapat menyebabkan
penggumpalan nekrosis (ditandai dengan memutihnya jaringan yang mati) pada
sirip. Kerusakan insang juga dapat terjadi, sehingga dapat menyebabkan kematian
pada ikan beberapa minggu kemudian setelah dilakukan terapi perendaman. Ikan
mas koki, diketahui lebih sensitif terhadap PK sebagai terapi perendaman
dibandingkan dengan spesies lainnya. Dengan alasan-alasan seperti itu, maka
sering tidak direkomendasikan untuk menggunakan PK sebagai terapi perendaman,
dan juga karena efek terapeutiknya tidak lebih baik dibandingkan dengan terapi
terus-menerus dengan dosis 2 - 4 ppm.
Kalium permanganat sangat
efektif dalam menghilangkan Flukes. Gyrodactylus dan Dactylus dapat hilang
setelah 8 jam perlakuan dengan dosis 3 ppm pada suatu sistem tertutup.
Penularan kembali masih dapat terjadi, oleh karena itu, direkomendasikan untuk
mengulang kembali perlakuan 2-3 hari kemudian dengan dosis 2 ppm.
Beberapa khasiat lain
dari Kalium permangat yang dilaporkan diantaranya adalah: sebagai disinfektan
luka, dapat mengurangi aeromanoas (hingga 99%) dan bakteri gram negatif
lainnya, dapat membunuh Saprolegnia yang umum dijumpai sebagai infeksi sekunder
pada Ulcer, dan tentu saja sebagai oksidator yang akan mengkosidasi bahan
organik.
Beberapa aplikasi lain
yang biasa dilakukan oleh para hobiis dan akuakulturis adalah menggunakannya
dalam proses transportasi ikan. Konsentrasi kurang dari 2 ppm diketahui dapat
mengurangi resiko infeksi Columnaris dan infeksi bakteri lainnya, serta
membatasi dan menghentikan parasit yang sering menyertai ikan dalam proses
transportasi. Begitu juga transportasi burayak dilaporkan aman dengan perlakuan
kalium permanganat dibawah 2 ppm. Meskipun demikian untuk burayak dalam kolam
tidak dianjurkan untuk menggunakan perlakuan kalium permanganat. Hal ini tidak
ada hubungannya dengan keracunan yang mungkin terjadi pada burayak, tetapi
efeknya justru terhadap kemungkinan berkurangnya fitoplankton dan makrofit yang
dapat menyebabkan burayak menderita kelaparan.
Untuk jenis Catfish,
perlakuann kalium permanganat sering dianjurkan untuk dilakukan pada
konsentrasi diatas 2 ppm. Meskipun demikian dosis yang aman adalah 2 ppm.
Fungsi lain dari kalium
permanganat dalam akuakultur adalah sebagai antitoxin terhadap aplikasi
bahan-bahan beracun. Sebagai contoh, Rotenone dan Antimycin sering digunakan
sebagai bahan piscisida, yaitu bahan untuk membunuh ikan hama atau ikan lain
yang tidak dikehendaki. Alih-alih menunggu bahan ini netral secara alamiah
dalam waktu tertentu, kalium permanganat digunakan untuk segera menetralkan
kedua bahan tersebut. Konsentrasi 2-3 ppm selama 10-20 jam diketahui cukup
untuk menetralisir residu Rotenone atau Antimycin. Pendapat lain menyatakan
bahwa dosis PK sebaiknya diberikan setara dengan dosis piscisida yang
diberikan, sebagai contoh apabila Rotenone diberikan sebanyak 2 ppm, makan
untuk menetralisirnya PK pun diberikan sebanyak 2 ppm.
Prosedur
Perlakuan PK (untuk jamur, parasit, dan bakteri)
Pertama by pass filter
biologi. PK dapat membunuh bakteri dalam filter biologi. Kedua pastikan bahwa
aliran air dan aerasi bekerja optimal, karena pada saat molekul-molekul organik
teroksidasi, dan algae mati maka air akan cenderung keruh dan oksigen terlarut
menurun. Ketiga berikan dosis sebanyak 2-4 ppm.
Dosis 2 ppm diberikan
pada ikan-ikan muda atau ikan-ikan yang tidak bersisik. Sedangkan dosis 4 ppm
diberlakukan pada ikan-ikan bersisik. Selang dosis tersebut tidak akan merusak
tanaman, sehingga biasa digunakan untuk mensterilkan tanaman dari hama dan
penyakit, terutama dari gangguan siput dan telurnya.
Sebagai gambaran umum
satu sendok teh peres (jangan dipadatkan) kurang lebih setara dengan 6 gram.
Hal ini dapat dijadikan patokan untuk mendapatkan dosis yang diinginkan apabila
timbangan tidak tersedia.
Perlakuan biasanya
dilakukan 4 kali berturut dalam waktu 4 hari, dengan pemberian PK dilakukan
setiap pagi hari. Apabila pada perlakuan ketiga atau keempat air bertahan
berwarna ungu selama lebih dari 8 jam (warna tidak berubah menjadi coklat),
maka hal ini dapat dijadikan pertanda untuk menghentikan perlakuan. Karena hal
ini menunjukkan bahwa PK sudah tidak bereaksi lagi, atau dengan kata lain sudah
tidak ada lagi bahan yang dioksidasi. Setelah perlakuan dihentikan lakukan
penggantian air sebanyak 40 % untuk segera membantu pemulihan warna air.
Sifat Fisika dan Kimia
Tampilan : kristal berwarna ungu
Bau : tidak berbau
Kelarutan : 7g dalam 100 g air
Berat jenis : 7
pH : tidak ada informasi
Volatilasi (21°C) : 0
Titik didih : N/A
Titik Cair : 240°C
Tekanan Uap : Tidak ada informasi
Laju Penguapan : Tidak ada informasi
Peringatan:
Jangan sampai kontak
dengan pakaian dan bahan lain yang mudah terbakar. Simpan dalam tempat tertutup
rapat. Jangan simpan didekat benda mudah terbakar.
Cuci segera pakaian
yang terkena. Jangan terkena mata atau kulit. Jangan hirup debu PK. Cuci tangan
setelah menggunakan.
Pertolongan Pertama:
Apabila terkena mata
atau kulit. Segera siram mata dan kulit dengan air yang banyak selama 15 menit.
Apabila terhirup segera pindahkan korban ke udara bersih; apabila tidak dapat
bernapas beri pernapasan buatan; apabila kesulitan bernapas beri oksigen.
Apabila tertelan: Jangan rangsang agar muntah, minum air yang banyak. Segera
kontak dokter.
GARAM IKAN
Benda berupa kristal
berwarna putih ini sudah sangat lama dikenal oleh para akuaris. Keberadaannya
bukan merupakan hal yang asing, bahkan boleh dikatakan kehadiran benda ini
seolah sudah menjadi bagian terintegrasi dengan hobi ikan hias. Garam yang
dimaksud adalah garam NaCl, yaitu garam seperti yang kita kenal pada umumnya
sebagai garam dapur dalam kehidupan sehari-hari. Rupa dan rasanya sama.
Perbedaan utama antara garam ikan dengan garam dapur atau garam meja adalah
pada kemurniannya. Garam ikan diharapkan hanya mengandung NaCl saja, karena
kehadiran bahan lain pada garam ini dikhawatirkan akan mempunyai dampak yang
tidak diinginkan pada ikan yang bersangkutan. Sedangkan garam dapur sering
telah mengalami pengkayaan dengan berbagai bahan lain yang diperlukan oleh
manusia, seperti Iodium, atau bahan lainnya. Oleh karena itu sering kali secara
umum disebutkan bahwa garam yang digunakan untuk ikan adalah garam tidak
beriodium. Iodium sendiri tentu saja diperlukan oleh ikan, akan tetapi
kehadiran bahan lain yang tidak diketahui dengan pastilah yang menimbulkan
kekhawatiran akan menyebabkan dampak yang tidak diinginkan. Apabila tidak
terlalu mendesak maka penggunaan garam yang memang sudah dikhususkan untuk ikan
akan lebih aman. Meskipun demikian banyak dilaporkan bahwa penggunaan garam
beriodiumpun tidak menyebabkan dampak merugikan pada ikan-ikan yang diberi
perlakuan tersebut.
Fungsi
Garam
Ikan , dalam hal ini
ikan air tawar, di dalam air ibarat sekantung garam. Ikan harus selalu menjaga
dirinya agar garam tersebut tidak melarut, atau lolos kedalam air. Apabila hal
ini terjadi maka ikan yang bersangkutan akan mengalami masalah. Secara umum
kulit ikan merupakan lapisan kedap, sehingga garam didalam tubuhya tidak mudah
bocor kedalam air. Satu-satunya bagian ikan yang berinteraksi dengan air
adalah insang.
Air secara terus
menerus masuk kedalam tubuh ikan melalui insang. Proses ini secara pasif
berlangsung melalui suatu proses osmosis yaitu, terjadi sebagai akibat dari
kadar garam dalam tubuh ikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
lingkungannya. Sebaliknya garam akan cenderung keluar. Dalam keadaan normal
proses ini berlangsung secara seimbang. Peristiwa pengaturan proses osmosis
dalam tubuh ikan ini dikenal dengan sebutan osmoregulasi. Tujuan utama
osmoregulasi adalah untuk mengontrol konsentrasi larutan dalam tubuh ikan.
Apabila ikan tidak mampu mengontrol proses osmosis yang terjadi, ikan yang
bersangkutan akan mati., karena akan terjadi ketidak seimbangan konsentrasi
larutan tubuh, yang akan berada diluar batas toleransinya.
Pada saat ikan sakit,
luka, atau stress proses osmosis akan terganggu sehingga air akan lebih banyak
masuk kedalam tubuh ikan, dan garam lebih banyak keluar dari tubuh, akibatnya
beban kerja ginjal ikan untuk memompa air keluar dari dalam tubuhnya meningkat.
Bila hal ini terus berlangsung, bisa sampai menyebabkan ginjal menjadi rusak
(gagal ginjal) sehingga ikan tersebut tewas. Selain itu, hal ini juga akan
diperparah oleh luka dan atau penyakitnya itu sendiri. Dalam keadaan normal
ikan mampu memompa keluar air kurang lebih 1/3 dari berat total tubuhnya setiap
hari. Penambahan garam kedalam air diharapkan dapat membantu menjaga ketidak
seimbangan ini, sehingga ikan dapat tetap bertahan hidup dan mempunyai
kesempatan untuk memulihkan dirinya dari luka, atau penyakitnya. Tentu saja
dosisnya harus diatur sedemikan rupa sehingga kadar garamnya tidak lebih tinggi
dari pada kadar garam dalam darah ikan. Apabila kadar garam dalam air lebih
tinggi dari kadar garam darah, efek sebaliknya akan terjadi, air akan keluar
dari tubuh ikan, dan garam masuk kedalam darah, akibatnya ikan menjadi
terdehidrasi dan akhirnya mati.
Pada kadar yang tinggi
garam sendiri dapat berfungsi untuk mematikan penyakit terutama yang
diakibatkan oleh jamur dan bakteri. Meskipun demikian lama pemberiannya harus
diperhatikan dengan seksama agar jangan sampai ikan mengalami dehidrasi.
Beberapa Keunggulan Garam Ikan
Pemberian garam termasuk
aman bagi ikan, asal diberikan dengan dosis yang sesuai. Selain itu juga aman
bagi manusia.
Seperti disebutkan
sebelumnya, garam akan membantu menyeimbangkan kembali proses osmoregulasi dan
memicu daya tahan tubuh ikan terhadap penyakit yang dideritanya.
Sampai tahap tertentu
diketahui garam mampu memblokir efek nitrit. Nitrit dalam air dapat terserap
kedalam system peredaran darah ikan, sehingga darah berubah menjadi kecoklatan.
Kehadiran nitrit akan menyebabkan kemampuannya untuk membawa oksigen menjadi
menurun, sehingga pada kondisi kelebihan nitrit sering terjadi penyakit darah
coklat. Dengan adanya garam kejadian demikian bisa dihindari.
Garam mampu membunuh
parasit-parasit bersel tunggal seperti Ich (white spot), jamur dan bakteri
lainnya. Terakhir garam mudah didapat dan mudah dibeli, sehingga bisa tersedia
setiap saat pada waktu diperlukan.
Dosis
dan Cara Pemberian
Garam sudah lama
digunakan sebagai antiseptik pada akuarium, selain itu juga kerap digunakan
sebagai anti jamur (fungisida). Meskipun demikian akhir-akhir ini penggunaan
garam sebagai fungisida relatif jarang dilakukan karena banyaknya anti jamur
lain yang telah dibuat khusus untuk ikan.
Beberapa dosis penggunaan garam adalah:
Sebagai
profilaktik:
Sebagai profilaktik,
atau sebagai tonik, atau dalam bahasa umum sebagai jamu dianjurkan untuk
menggunakan garam sebanyak 1 2 sendok teh garam per 4 liter air, atau
sebanyak 1 2 gram per liter. Atau dengan kata lain sebanyak 0.1 0.2 persen.
Sebelumnya garam disiapkan di suatu wadah. Kemudian dibuat larutan dalam wadah
tersebut sesuai dengan dosis. Setelah garam melarut baru dimasukan kedalam
akuarium. Dosis sebagai jamu ini digunakan apabila kita belum tahu persis
penyakit apa yang sebenarnya menjangkiti ikan, atau bisa juga digunakan apabila
ikan terluka, stress dan sejenisnya. Dengan demikian sistem osmoregulasi ikan
tetap prima sehingga ikan mudah melakukan pemulihan.
Sebagai
perlakuan pengobatan infeksi jamur dan atau bakteri
Untuk keperluan ini
diperlukan larutan garam dengan konsentrasi 1 %, atau larutan 10 g garam dan 1
liter air. Pemberian larutan ini hendaknya diberikan secara sedikit demi
sedikit sehingga konsentrasi tersebut akan tercapai setelah 24 48 jam. Jadi
jangan diberikan sekaligus sebanyak 1 %, tapi diberikan secara perlahan-lahan.
Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kejutan osmotic, atau stress
pada ikan yang bersangkutan.
Pada awalnya
konsentrasi larutan dapat dimulai pada tingkat 0.1 0.2 %. Kemudian secara
teratur garam ditambahkan pada selang waktu tertentu, misalnya setiap 3-4 jam
sekali. Apabila pada saat peningkatan konsentrasi garam ini ikan mengalami
stress, hentikan segera perlakuan, kemudian ganti air sebagian sehingga
konsentrasi garam turun ketingkat semula.
Untuk mengurangi
pengaruh racun dari nitrit.
Untuk mengurangi
pengaruh nitrit dosis yang dianjurkan adalah 1 gram perliter air.
Untuk melepaskan lintah
pada ikan
Dapat dilakukan dengan
merendam ikan yang bersangkutan secara singkat dalam larutan garam 2.5 %.
Perendaman pada dosis demikian akan menyebabkan lintah melepaskan diri dari
tubuh ikan. Meskipun demikian larutan ini tidak akan membunuh lintah itu
sendiri.
Sebagai
obat infeksi Piscinoodinium (Velvet).
Pengobatan terhadap
infeksi Piscinoodinium dapat dilakukan dengan perendaman jangka panjang dalam
larutan garam dengan konsentrasi 10 gram per 45 liter air. Atau 1 sendok teh
per 4 liter air.
PERHITUNGAN
Untuk memberikan
perlakuan garam yang tepat pertama kali harus diketahui volume air dari
akuarium yang akan diberi perlakuan. Sebagai contoh apabila anda mempunyai
akuarium dengan ukuran 100 cm x 50 cm x 50 cm tapi diisi air setinggai 40 cm
saja, maka volume airnya adalah 100 x 50 x 40 cm3 = 2.000.000 cm3 atau sama
dengan 200 liter air atau sama dengan 200 kg.
Apabila dosis garam
yang diperlukan adalah 1 % maka garam yang diperlukan adalah 1 % (0.01) x 200
kg = 2 kg . Sedangkan bila dosis garam yang diperlukan adalah 0.1 % maka yang
diperlukan adalah 0.1 % (0.001) x 200 kg = 0.2 kg atau kurang lebih 2 ons atau
200 gram.
Perlu diperhatikan
bahwa tidak semua ikan air tawar tahan terhadap pemberian garam. Oleh karena
itu, sebelum melakukan perlakuan pemberian garam, yakinlah terlebih dahulu
bahwa ikan yang dipelihara bukan termasuk ikan yang peka terhadap garam.
GARAM INGGRIS/Epsom
salts (MgSO4.7H20)
Garam inggris biasa
digunakan untuk meningkatkan kadar mineral dalam air, dan sering efektif dalam
mengobati sembelit (tidak bisa buang kotoran) pada ikan.
Dosis
dan Cara Pemberian
Sebagai pencahar
(pencuci perut), larutkan 1 sendok teh peres (2.5 g) garam inggris dalam 18
liter air. Terlebih dahulu larutkan garam inggris tersebut dalam sedikit air
akuarium pada wadah tertentu, selanjutnya masukan kedalam akuarium yang telah
berisi air dengan takaran yang sesuai.
Peningkatan sedikit
temperatur air (dalam selang toleransi ikan yang bersangkutan) dapat membantu
meningkatkan laju metabolisme ikan tersebut sehingga diharapkan akan dapat
mempercepat pemulihan dari gejala sembelit.
HIDROGEN PEROKSIDA
Larutan jernih ini
sepintas mirip air, dengan rumus kimia yang nyaris serupa H2O2. Meskipun
demikian jangan coba-coba untuk mengkonsumsinya. Bahan ini merupakan oksidator
kuat. Hidrogen peroksida akan terurai menjadi dua produk yang aman yaitu, air
dan oksigen. Bahan ini kerap digunakan dalam dunia kesehatan sebagai
disinfektan (pembunuh kuman) karena tidak meninggalkan residu yang berbahaya.
Bahan inipun digunakan pula sebagai antiseptik pada akuarium.
Hidrogen peroksida bisa
pula digunakan sebagai catu oksigen dalam akuarium untuk mengatasi kondisi
kekurangan oksigen yang terjadi. Sebuah produk peralatan akuarium malah membuat
catu oksigen dengan bahan baku hidrogen perosidan ini dengan sangat baik,
sehingga oksigen dapat disuplai tanpa menggunakan listrik.
Beberapa
penggunaan hidrogen peroksida dalam akuarium:
Sebagai anti protozoa:
Diberikan sebagai
perlakuan perendaman dalam jangka pendek. Dosisi yang digunakan adalah 10 ml
larutan dengan konsenrasi 3 % (teknis) dalam 1 liter air. Perendaman dilakukan
selama maksimum 5-10 menit. Perendaman harus dihentikan apabila ikan
menunjukkan gejala stress.
Untuk memulihkan
kondisi kekurangan oksigen:
Dosis yang digunakan
1-2 ml larutan dengan konsentrasi 3% dalam 10 liter air akuarium. Dosis harus
dijaga agar jangan sampai kelebihan. Kelebihan dosis akan membuat ikan menjadi
stress dan bisa membahayakan kehidupan ikan yang bersangkutan.
Sebelum diberikan
dianjurkan untuk mengencerkan terlebih dahulu hidrogen perioksida tersebut,
setidaknya dengan perbandingan 1: 10 (satu bagian bahan dengan 10 bagidan air).
Setelah itu baru dimasukan kedalam akuarium. Pastikan pula bahwa larutan ini
dapat segera tercampur dengan baik segera setelah dimasukan kedalam akuarium.
Perlu diperhatikan
perlakuan ini hanya dianjurkan pada kondisi darurat saja. Oleh karena itu,
apabila kondisi kekurangan oksigen terjadi, perlu dicari penyebab sebenarnya
agar dapat diatasi dengan lebih baik.
METIL BIRU (METHYLENE
BLUE)
Metil biru merupakan
pewarna thiazine yang kerap digunakan sebagai bakterisida dan fungsida pada
akuarium. Di beberapa tempat penggunaan bahan ini sudah semakin tidak populer
karena diketahui mempunyai pengaruh buruk terhadap filtrasi biologi dan
kemampuan warnanya untuk melekat pada kulit, pakaian, dekorasi akuarium dan peralatan
lainnya termasuk lem akuarium. Diduga bahan inipun dapat berakibat buruk pada
tanaman air.
Metil biru diketahui
efektif untuk pengobatan ichthyopthirius (white spot) dan jamur. Selain itu,
juga sering digunakan untuk mencegah serangan jamur pada telur ikan.
Metil biru biasanya
tersedia sebagai larutan jadi di toko-toko akuarium, dengan konsenrasi 1 - 2
persen. Selain itu tersedia pula dalam bentuk serbuk.
Dosis dan Cara
Pemberian
Untuk infeksi bakteri,
jamur dan protozoa dosis yang dianjurkan adalah 2 ml larutan dengan konsentrasi
1 persen per 10 liter air akuarium. Perlakuann dilakukan malalui perendaman
jangka panjang. Hal ini hendaknya dilakukan pada akuarium terpisah, atau
akuarium karantina untuk menghindari terjadinya efek buruk pada sistem filtrasi
biologi dan menempelnya warna pada dekorasi akuarium.
Sebagai profilaktik
untuk mencegah serangan jamur pada telur, dosis yang dianjurkan adalah 2
mg/liter. Cara yang lebih mudah adalah dengan menambahkan metil biru pada bak
pemijahan setetes demi setetes. Pada setiap tetesan biarkan larutan metil biru
tersebut tersebar secara merata. Tetesan dihentikan apabila air akuarium telah
berwarna kebiruan atau biru jernih (tembus pandang). Artinya isi di dalam
akuarium tersebut masih dapat dilihat dengan jelas. Perlakuan ini cukup
dilakukan sekali kemudian dibiarkan hingga warna terdegradasi secara alami.
Dengan demikian, apabila telur menetas nanti dan burayak makan untuk pertama
kali diharapkan sudah tidak akan terpengaruh oleh kehadiaran metil biru tersebut.
Setelah telur menetas, penggantian air sebanyak 5 % setiap hari dapat dilakukan
untuk membantu mengurangi kadar metil biru dalam air tersebut, dan juga
membantu mengurangi akumulasi bahan organik dan amonium yang mungkin terbentuk
dalam bak pemijahan.
Pada spesies ikan yang
memiliki waktu inkubasi telur lebih dari 4 hari maka pemberian larutan metil
biru dapat diberikan setiap dua hari atau tiga hari sekali.
Sifat Kimia-Fisika:
Titik Didih : 100° C
Tekanan Uap : 18-20° C(mm Hg dan Temperatur)
Kepadatan Uap (udara=1) : 0.6
Warna dan Bau : Biru-ungu, tidak berbau.
Kepadatan (H20 = 1) : 1.02
Laju Evaporasi (n-butyl alcohol= 1) : 1
Kelarutan dalam air : Larut
• Berbahaya apabila tertelan. Dapat segera
diserap tubuh setelah tertelan. Anemia haemolitik terjadi setelah medapatkan
dosis yang berlebihan
• Dapat menyebabkan iritasi hebat pada mata
• Dapat menyebabakan iritasi pada kulit.
• Diharapkan tidak akan menimbulkan gangguan
kesehatan apabila dihirup.
Pertolongan Pertama:
• Apabila tertelan dan korban tetap sadar,
segera berikan minum yang banyak. Segera hubungi dokter.
• Apabila terkena mata segera cuci dengan
air selama sekurangnya 15 menit. Hubungi dokter.
• Apabila terkena kulit, cuci dengan sabun
atau detergent ringan selama 15 menit. Apabila terjadi iritasi segera hubungi
dokter.
• Apabila terhirup segera pindah ke ruangan
dengan udara bersih. Apabila terjadi kesulitan pernapasan, segera hubungi
dokter.
MALACHITE GREEN
Malachite Green
merupakan pewarna triphenylmethane dari group rasamilin. Bahan ini merupakan
bahan yang kerap digunakan untuk mengobati berbagai penyakit dan parasit dari
golongan protozoa, seperti: ichtyobodo, flukes insang, trichodina, dan white
spot, serta sebagai fungisida. Penggunaan bahan ini hendaknya dilakukan pada
sistem tertutup seperti akuarium atau kolam ikan hias. Malachite green
diketahui mempunya efek sinergis apabila diberikan bersama-sama dengan
formalin.
Terdapat indikasi bahwa
kepopuleran penggunaan bahan ini agak menurun, karena diketahui bisa
menimbulkan akibat buruk bagi kesehatan manusia apabila terhirup. Malachite
Green juga dapat menimbulkan akibat buruk pada filter biologi dan pada tanaman
air. Disamping itu, beberapa jenis ikan diketahui tidak toleran terhadap bahan
ini. Warna malachite green bisa melekat pada apa saja, seperti tangan, baju,
dan peralatan akuarium , termasuk plastik.
Hindari penggunaan
malachite green dalam bentuk serbuk (tepung). Disarankan untuk menggunakan
malachite green dalam bentuk larutan jadi dengan konsentrasi 1% dan telah
terbebas dari unsur seng.
Dosis
dan Cara Pemberian
Dosis 0.1 - 0.2 ml dari
larutan 1% per 10 liter air, sebagai perlakuan perendaman jangka panjang.
Pemberian dosis dapat dilakukan setiap 4-5 hari sekali. Sebelum pemberian dosis
dilakukan, disarankan untuk mengganti air sebanyak 25 %
Dosis 1 - 2 ml dari
larutan 1% per 10 liter, sebagai perlakuan jangka pendek (30 - 60 menit).
Perlakuan dapat di ulang setiap 2 hari sekali. Perlakuan dapat dilakukan
sebanyak 4-5 ulangan.
Dosis campuran antara
Malachite Green dan Formalin untuk perlakuan pada ikan adalah 0.05 - 0.1 ppm MG
dan 10 -25ppm Formalin. Untuk udang-udangan atau invertebrata laut adalah 0.1
-0.2 ppm MG dan 10 - 25 ppm Formalin.
Malachite Green dapat
pula diberikan sebagai disinfektan pada telur dengan dosis 5 ppm selama 10
menit.
Perlakuan hendaknya
dilakukan pada tempat terpisah
Perhatian
Malachite Green dapat
bersifat racun terhadap burayak ikan, terhadap beberapa jenis tetra, dan
beberapa jenis catfish seperti Pimelodidae atau blue gill. Beberapa
penyimpangan hasil perlakuan dengan MG dapat terjadi apabila perlakuan
dilakukan pada pH air diatas 9 atau apabila temperatur air diatas 21 ° C.
Yakinkanlah MG yang
digunakan adalah dari jenis yang bebas Seng.
Tidak ada salahnya
dilakukan percobaan terlebih dahulu pada 1 atau 2 ikan sebelum perlakuan MG
dilakukan pada sejumlah banyak ikan.
OXYTETRACYLINE
Oksitetrasiklin
hidroklorida merupakan antibiotik yang kadang-kadang digunakan dalam pengobatan
penyakit akibat infeksi bakterial sistemik pada ikan
Dosis
dan Cara Pemakaian
Suntik: 10-20 mg
oksitetrasiklin per kg berat badan ikan. Ulangi penyuntikan apabila diperlukanOral: Diberikan melalui pakan. Dosis 60 - 75 mg per kg berat badan ikan per hari. Berikan selama 7 - 14 hari.
Perendaman: Jangka panjang (5 hari). Dosis 20 -100 ppm. Ulangi apabila diperlukan.
FORMALIN (HCHO dan
CH3OH dalam air)
Formalin merupakan
larutan komersial dengan konsentrasi 37-40% dari formaldehid. Bahan ini
biasanya digunakan sebagai antiseptic, germisida, dan pengawet. Formalin
diketahui sering digunakan dan efektif dalam pengobatan penyakit akibat
ektoparasit seperti fluke dan kulit berlendir. Meskipun demikian, bahan ini
juga sangat beracun bagi ikan. Ambang batas amannya sangat rendah, sehinggga
terkadang ikan yang diobati malah mati akibat formalin daripada akibat
penyakitnya.
Formalin, meskipun
masih dipakai secara luas dalam akurkulutur dan lingkungan kolam tertentu, pada
saat ini sudah jarang digunakan dalam akuarium. Saat ini, formalin lebih banyak
digunakan dalam pengawetan specimen ikan untuk keperluan identifikasi. (Ikan
yang akan diawetkan harus melalui proses euthanasia yang hewani terlebih
dahulu, kecuali apabila ikan tersebut telah mati sebelumnya). Untuk pengawetan
biasanya digunakan formalin dengan konsentrasi 10%.
Penggunaan
Untuk penggunaan jangka
panjang (beberapa hari) atau jangka pendek (10 - 30 menit). Formalin dapat
mengganggu filter biologi, oleh karena itu, perlakuan sebaiknya dilakukan di akuarium
khusus. Keuntungan dengan perlakuan terpisah ini adalah apabila ikan mengalami
stres pada saat diperlakukan, ikan tersebut dapat segera dikembalikan pada
akuarium utama.
Dosis
Dosis penggunaan
formalin bervariasi tergantung pada spesies ikannya. Setiap spesies akan
memiliki toleransi berbeda terhadap formalin. Dengan demikian dosis yang
dicantumkan pada artikel ini bukan merupakan jaminan, tetapi merupakan kriteria
rata-rata. Yang perlu diperhatikan adalah: penggunaan formalin dalam perlakuan
jangka pendek harus diawasi dengan ketat. Dan perlakuan harus segera dihentikan
apabila ikan mulai menunjukkan gejala stres seperti nafas tersengal-sengal
(megap-megap) atau meloncat (ingin keluar dari akuarium)
Untuk perlakuan jangka
panjang, seperti untuk pengobatan akibat infestasi ektoparasit kecil penyebab
kulit berlendir adalah 0.15 -0.25 ml produk komersial (37-40%) per 10 liter
air. Setelah 2 - 3 hari, kembalikan ikan pada akuarium semula. Apabila
perlakuan dilakukan pada akuarium utama (jangan lupa by pass filter biologi),
maka lakukan penggantian air sebanyak 30%.
Untuk perlakuan jangka
pendek, seperti untuk pengobatan akibat infestasi ektoparasi besar penyebab
fluke, dosisnya adalah 2 ml produk komersial per 10 liter air. Siapkan campuran
terlebih dahulu sebelum ikan dimasukkan. lakukan perendaman selama maksimal 30
menit, atau bahkan kurang apabila ikan segera menunjukkan gejala stres.
Peringatan
Formalin sangat
berbahaya apabila terkena kulit atau mata. Apabila hal ini terjadi segeralah
cuci dengan air yang banyak. Bahan ini juga dapat menghasilkan uap beracun,
oleh karena itu jangan biarkan botol formalin terbuka di ruang tertutup. Simpan
formalin dalam botol berwarna gelap dan hindarkan dari cahaya, kalau tidak maka
akan dapat terbentuk paraformaldehid (berupa endapan putih) yang sangat beracun
bagi ikan, bahkan dalam konsentrasi yang sangat rendah. Selain itu, formalin
dapat bersifat ekspolif.
Sifat Fisika dan Kimia
Tampilan: cairan jernih (tidak berwarna)
Bau: berbau menusuk, keras
Kelarutan: sangat larut
Berat jenis: 1.08
pH: 2.8
Volatilasi (21°C): 100
Titik didih: 96°C
Titik Cair: -15°C
Kepadatan Uap (udara=1): 1.04
Tekanan Uap: 1.3@ pada 20°C
Laju Penguapan: Tidak ada informasi
Identifikasi Bahaya
Sangat berbahaya! Dapat
menyebabkan kanker. Resiko kanker tergantung pada tingkat dan lama kontak. Uap
berbahaya. Berbahaya apabila terhirup atau terserap kulit. Menyebabkan iritasi
terhadap kulit, mata dan saluran pernafasan. Dapat berakibat fatal atau
menyebabkan kebutaan apabila tertelan.Mudah terbakar.
Tingkat Bahaya
Kesehatan = 3
(tinggi)
Terbakar = 2
(sedang)
Reaktifitas = 2
(sedang)
Kontak = 3
(tinggi)-korosif
Pertolongan Pertama
Terhisap: Pindahkan
korban pada udara bersih. Apabila tidak bernafas, beri nafas buatan, apabila kesulitan
bernafas beri oksigen, panggil dokter.Tertelan: Apabila korban sadar usahakan untuk mengencerkan, menonaktifkan dan menyerap bahan dengan memberi susu, arang aktif, atau air. Setiap bahan organik akan dapat menonaktifkan formalin. Jaga tubuh korban agar tetap hangat dan rileks. Apabila muntah, jaga agar kepala lebih rendah dari pinggul.
Kontak Kulit: Segera cuci dengan air yang banyak selama paling tidak 15 menit, sambil melepas pakaian yang terkena. Cuci pakaian sebelum digunakan kembali.
Kontak Mata: Segera cuci dengan air yang banyak selama paling tidak 15 menit Segera hubungi dokter.
METRONIDAZOL dan
DI-METRONIDAZOL
Metronidazol dan
di-metrinidazol adalah obat antimikroba yang dibuat dan dikembangkan untuk
manusia untuk melawan bakteri-bakteri anaerob dan protozoa. Dalam dunia ikan
hias, diketahui, obat ini biasa digunakan untuk mengobati hexamitiasis.
Dosis
dan Cara Pemberian
Apabila dalam akuarium
anda sebagian besar atau seluruhnya terdiri dan cichlid maka pengobatan dengan
metronidazol dapat dilakukan pada akuarium tersebut. Kalau tidak, maka
pengobatan sebaiknya dilakukan pada tempat terpisah. Seluruh cichlid dari
akuraium yang terjangkit harus diperlakukan dengan obat ini secara menyeluruh.
Sejauh ini tidak dilaporkan adanya efek negatif dari penggunaan obat ini
terhadap kinerja filter biologi.
Metronidazol
Dosis yang disarankan
adalah 10 ppm. Obat ini biasanya berbentuk tablet dengan kadar 250 mg/tablet.
Sebelum digunakan, tumbuk halus tablet tersebut dan campur dengan air.
Selanjutnya, sesuai dengan takaran yang diperlukan, masukan larutan tersebut
kedalam akuarium. Perlakuan ini harus diulang selang sehari, hingga sebanyak 3
ulangan. Anda dapat melakukan pergantian air sebanyak 25 % selama perlakuan,
sehari sebelum perlakuan dilakukan. Apabila ikan yang terjangkit masih mau
makan, disarankan agar metronidazol diberikan secara oral, yaitu dicampurkan
pada pakan mereka. Dosis yang direkomendasikan adalah 1 % berat. Secara praktis
hal ini dapat dilakukan dengan cara mencelupkan pakan pada larutan metronidazol
sebelum diberikan atau dengan mencampurkan tepung metronidazol pada pakan
mereka.
Di-metronidazol
Dosis = 5 ppm.
Diberikan seperti halnya cara pemberian metronidazol, tetapi ulangan dilakukan
dengan selang 3 hari (4 hari sekali). Pada kasus berat, pengobatan dapat
dilakukan dengan perendaman selama 48 jam dengan dosis 0.004 %..
BalasHapusPUSAT SARANA BIOTEKNOLOGI AGRO
menyediakan pigmen METHYLEN BLUE untuk keperluan penelitian, laboratorium, mandiri, perusahaan .. hub 081805185805 / 0341-343111 atau kunjungi kami di https://www TOKOPEDIA.com/indobiotech temukan juga berbagai kebutuhan anda lainnya seputar bioteknologi agro
tersedia obat enro yg bubuk ga buat obat ikan hias alam.makasih... sama kalo perlu ikan hias botia,green botia,rhomboo,kalochroma.. kita menyediakan. asli kalimantan tengah..
BalasHapusterima kasih atas pengetahuannya..
BalasHapus